Tradisi Dun-Duna dilaksanakan oleh masyarakat desa Gunungsari setiap bulan syawal. Khususnya pada lebaran setelah bulan ramadhan. Dun-dunan berasalan ari kata “mudun” yang artinya turun. Turun disini diyakini sebagai sarana arwah leluhur turun kembali ke tempat pemakamam setelah bulan puasa berada di syurga karena menurut kayakinan bahwa pada bulan puasa (ramadan) setiap arwah leluhur akan naik ke syurga. Dan ada yang berpendapat bahwa dun-dunan adalah upacara adat setelah berakkhirnya bulan puasa. Tapi mayoritas masyarakat gunungsari menyakini pendapat yang pertama. Prosesi Dun-Dunan , dilaksnakan dengan cara masyarakat berkumpul di rumah tetua lingkungan dan melaksanakan kenduri bersama-sama. Duin-Dunan juga sebagai saran masyarakat untuk menunjukan suka cita dengan berkumpul dengan kerabat dtetangga dan handai taulan bisayanya setelah dun-dunan dilanjutkan dengan sungkeman anak kepada orang tua untuk saling memaafkan dan silaturahmi ke tetangga untuk bermaafan dan bersilaturohim. Makanan yang pasti ada di tradisi Duin-Dunan adalah pelas, dan nasi ambeng.