Tradisi Unggah unggahan dilaksanakan oleh masyarakat desa Gunungsari setiap bulan Syaban. Khususnya pada hari jumat manis sebelum bulan ramadhan. Unggah-unggahan berasalan ari kata “munggah” yang artinya naik. Naik disini diyakini sebagai sarana arwah leluhur naik ke syurga karena menurut kayakinan bahwa pada bulan puasa (ramadan) setiap arwah leluhur akan naik ke syurga. Dan ada yang berpendapat bahwa unggah-unggahan adalah upacara adat untuk naik ke bulan puasa. Tapi mayoritas masyarakat gunungsari menyakini pendapat yang pertama. Prosesi unggah unggahan di mulai dengan ziarah kubur ke semua makam keluarga dan leluhur yang sudah meninggal. Dengan membawa kembang, menyan, dan upet untuk membakar Dupa di depan nisan. Menyan yang dibawa sudah diberi doa dari rumah oleh tetua yang ada di lingkunganya. Pada hari unggah-unggahan Tempat Pemakaman umum di pagi hari ramai seperti pasar karena setiap orang datang ke kuburan. Setelah mendatangi dan membakar dupa di setiap nisan kerabat yang sudah meninggal, kemudian masyarakat berkumpul di rumah tetua lingkungan dan melaksanakan kenduri bersama-sama. Unggah-unggahan juga sebagai saran masyarakat untuk saling berkirim makanan. Meskipun hampir semua masyarakat melaksanakan, tapi tetap saling bertukar makanan (ngirim) ke sanak saudara. Makanan yang pasti ada di tradisi unggah-unggahan adalah gecok,lepet (kupat ketan), Kupat, isi lampadan (srunthul, gebing, tela pendem, petai, dsb)