Berbeda dengan dua festival lainnya yang mempertunjukkan potensi seni dan UMKM, Larung ageng merupakan sebuah agenda rutin tiap tahun dari Desa Paranggupito yang merupakan sebuah kegiatan keagamaan berupa upacara spiritual. Agenda rutin yang dilaksanakan setiap satu suro ini memiliki kegiatan inti yang dilaksanakan mulai dari sore hari namun pada pagi hari dan malam hari, berbagai kegiatan kesenian ditampilkan untuk menghibur pengunjung. Adapun dalam agenda ini, para pemangku adat dan peserta upacara menggunakan pakaian kejawen yang meliputi jangkep, lurik maupun baju hitam. Upacara Larung Ageng dipimpin oleh ketua dewan adat dan pemangku adat yang dapat dipegang oleh ketua rt ataupun tokoh masyarakat yang dituakan. Kegiatan Larung Ageng dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan yang memiliki makna baik penuh pengharapan masing-masing. Adapun serangkaian kegiatan Larung Agung diantaranya:
Kirab merupakan rangkaian kegiatan pawai atau dimana para peserta berjalan menuju arah pantai dimana upacara akan dilaksanakan.
Kegiatan serah terima ubarampe sesaji dari tokoh warga masyarakat (bisa dari desa/kecamatan) ke pemangku adat.
Setelah serah terima ubarampe, kegiatan inti Larung Ageng yaitu penyelenggaraan upacara dilakukan. Upacara dilaksanakan dengan dipimpin oleh ketua dewan adat dan dilakukan oleh juru kunci atas perintah ketua dewan adat. Pelaksanaan upacara meliputi prosesi penghanyutan ubarampe ke laut. Ubarampe sendiri merupakan perlengkapan sesaji yang berisikan kepala, kaki, ekor, dan isi perut sapi. Secara umum ritual ini bermakna ungkapan rasa syukur warga Desa Paranggupito atas kelimpahan alam yang diberikan terutamanya alam laut sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh warga untuk bergantung hidup. Ubarampe yang dihanyutkan merupakan bentuk simbolis adanya interaksi spiritual antara manusia dengan alam. Sebuah bentuk hubungan timbal balik dimana ubarampe yang dihanyutkan nantinya juga akan kembali ke warga setempat dalam wujud kelimpahan hasil laut, menguap menjadi udara sejuk yang selalu kita hirup serta menghujani dan menghidupi berbagai tanaman untuk warga setempat bertahan hidup. Keselarasan manusia dan alam membentuk sebuah hubungan harmoni sehingga manusia juga diharapkan memanfaatkan kelimpahan alam yang diberikan dengan sebaik-baiknya tanpa merusak ekosistem alam sehingga kehidupan bersama tercipta guyub rukun dan perselisihan atau kemurkaan juga tidak terjadi. Adapun ubarampe yang dihanyutkan memiliki bentuk seperti gunungan yang setiap bagiannya memiliki sebuah makna atau filosof. Puncak gunung mengartikan pemerintah sedangkan kaki gunung mengartikan rakyat. Yang mengandung makna puncak gunung tidak akan berdiri tegak tanpa adanya topangan dari kaki gunung. Sehingga artinya, pemerintah atau puncak gunung tersebut harus menjaga hubungan atau memperhatikan kebutuhan rakyat. Hingga demikian kehidupan yang tenang, damai selamat dapat tercapai.