Merti Bumi adalah satu Even yang di laksanakan rutin oleh Desa Igirmranak. Tujuan di adakan Even ini adalah sebagai bentuk rasa syukur warga desa atas limpahan hasil bumi yang di berikan oleh sang pencipta. Even Merti Bumi tersebut menampilkan pembacaan sejarah desa,tarian, guguritan juga mocopat yang dikemes menjadi suatu pesan moral kepada masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan yang harus tetap di jaga untuk sebuah keseimbangan kehidupan mahluk mahlukNya
Sedang runtutan kegiatan acara merti bumi antara lain :
Konggres mata air adalah kegiatan yang diikuti oleh berbagai komunitas pecinta lingkungan untuk berembug mencari solusi tentang kerusakan lingkungan dan hilangnya beberapa sumber mata air yang menjadi keprihatinan kita untuk keberlanjutan kehidupan anak cucu kita dimas mendatang.
Festifal merti bumi adalah kegiatan tentang kearifan local untuk mempertahankan tradisi adat istiadat masyarakat untuk ucapan rasa syukur terhadap sang pencipta tentang karunia limpahan nikmat kehidupan yang telah di rasakan, dengan menampilkan berbagai atraksi atrasi pertujukan untuk mengisi acara tersebut :
Kirap panji panji adalah kegiatan penyerahan panji panji dari sesepuh desayang di serahkan kepada pemerintah desa untuk melaksanakan kewajibanya sebagai pengampu kegiatan pemerintahan desa yang di akhiri dengan pemberian potong tumpeng dari Bpk Bupati atau yg mewakili kepada Kepala Desa dan selanjutnya di berikan kepada sesepuh desa sebagai rasa hormat dan berbakti kepada orang yang lebih tua.
Arak tenong, dimana masyarakat mempersiapkan tenong yang akan dibawa ke tempat yang sudah disediakan, dan di bawa secara bersama sama dengan arak arakan yang diikuti dari pemerintahan desa dan kelembagaan desa beserta masyarakat dengan melaksanakan tapa bisu dari depan kantor desa sampai tempat yang sudah dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya.
Tari ini mengisahkan bahwa generasi muda siap menerima apa yang akan menjadi tongkat estafet kepemimpinan dan mengawal kebijakan pemerintahan desa dari masa ke masa.
Mengenangkan kembali kepada generasi generasi muda untuk mengetahui jerih payah yang diperjuangkan para pendahulunya dalam menata desa sesuai dengan tingkat perkembangan di eranya.
Mocopat pangkur mengimijinasikan tentang empat warna tenong sebagai simbul (senepo) nafsu manusian menurut prespektif jawa,warna putih melambangkan Mutmainah (keutamaan), warna hitam melambangkan Haluwamah (Keserakahan), warna merah melambangkan Amarah (kemarahan), dan warna kuningn melambangkan Sufiah (Kebaikan) yang merupakan kekuatan yang ada dalam diri kita yang perlu ditata atau di kelola dengan dengan hati dan perasaan suci untuk mencapai sebuah kemulyaan.
Tenong adalah tempat yang di gunakan untuk menyajikan berbagai makanan makanan tardisonal masyarakat jawa ( jajanan Pasar kumpit peserta nasi dan lauk pauknya)
Bucu adalah nasi yang dicetak berbentuk lancip ke atas bahwa pad dasarnya semua menuju kepada yan Esa ( Tuhan Maha Pencipta ) yang berjumlah tujuh buah yang mengandung maksud ( tujuh dalam Bahasa jawa pitu berharap dengan pitu adalah pitulungan ) / pertolongan dari Allah SWT yang juga mengandung makna bahwa warga desa memiliki jiwa :
Kesrakahan yang di lakukan dengan mengekploitasi bumi sedemikian rupa akan menimbulkan bencana, maka dengan guguritan piweling ini mengajak untuk merawat dan melestarikan bumi.