Cepetan Alas ini menceritakan peristiwa pembukaan lahan permukiman di Karanggayam. Yakni pada 1943, ketika Jepang berkuasa di Indonesia. Warga Karanggayam pun harus mengalami penderitaan dan kekurangan serta terkena wabah mematikan. Sementara warga sama sekali tidak bisa mengandalkan sektor pertanian, karena kekeringan dan kondisi yang memprihatinkan saat itu.
Bukan hanya untuk mengusir rasa takut warga saat membuka hutan yang dikenal warga Curug Bandung, untuk lahan permukiman dan pertanian baru. Warga kemudian menjadikan "Cepetan " untuk mengusir penjajah agar tidak mengganggu wilayah Karanggayam yang baru. Dengan "Cepetan" warga menyamar menjadi cepet alas dengan menggunakan topeng. Usaha itu dilakukan untuk menakut-nakuti Jepang. Dari cerita tersebut, terciptalah Tari Cepetan Alas.