• Home
  • Peta Sebaran
  • Kategori
    • Rintisan
    • Berkembang
    • Maju
    • Mandiri
    • Semua Kategori
  • Produk Wisata
    • Atraksi
      • Wisata Alam
      • Wisata Budaya
      • Wisata Buatan
    • Edukasi
    • Kuliner
Login / Daftar

Desa Wisata Limbasari

Wisata Limbasari, , Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
  • Profil
  • Fasilitas
  • Video
  • Atraksi
  • Homestay
  • Paket Wisata
  • Suvenir

PROFIL DESA WISATA

  1. Pengantar
  1. Sejarah

Asal muasal nama Desa Limbasari yaitu berasal dari kata “Nimba” (Ngangsu/mengambil) “Sari” (Ilmu) yang berarti “Limbasari” (mengambil / mencari ilmu), juga berkaitan erat dengan wisatanya, baikwisata alam, culture budaya dan kesenian, yang mana salah satunya adalah batik tulis asli Limbasari itu tidak lepas dari suatu kisah, dimana pada suatu hari seorang penyebar agama Islam bernama Syech Gandiwasi asal Turki menghadap  Kanjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo Mataram  dan mohon untuk menyebarkan agama Islam di pulau  Jawa. Pada waktu itu (tahun 1586-1601).

Permohonan Syech Gandiwasi akhirnya dikabulkan dan ia diizinkan menyebarkan agama Islam di kawasan kaki Gunung Slamet. Setelah mendapat izin, ia lalu merencanakan membangun padepokan  di tempat tujuan, guna mendidik para santrinya.  Dalam perjalanan ketempat tujuan, ia singgah dan sementara bermukim dulu di sebuah tempat yang bernama Kedung Belis. Di tempat persinggahan ini ia merasa tidak tenang, oleh gangguan  jin setan yang tak ada hentinya. Guna mencegah gangguan itu, Syech Gandiwasi kemudian memohon kepada Allah SWT, dengan cara bersemedi yang kemudian tempat persemedian ini diberi nama Dukuh Pamujan.   

Permohonan Syech Gandiwasi  kepada Allah SWT ternyata tidak sia-sia. Para jin itu berhasil disingkirkan, setelah terlebih dahulu melakukan  kejar-kejaran. Jin-jin itu kemudian menyingkir (semisih) ke suatu tempat yang sekarang bernama Penisihan. Sedangkan  tempat di mana  Syech Gandiwasi dengan para jin berkejaran, dikenal dengan nama Desa Dagan. Merasa tidak betah tinggal di Kedung Belis, ia bermaksud pindah tempat  yang lebih nyaman. Maka diumpuklah dua buah batu sebesar rumah di sebuah tanjakan tinggi. Kemudian ia berdiri di atas tumpukan batu itu untuk melihat kondisi  lokasi  tinggal yang  tepat. Tanjakan ini dikelak kemudian dikenal dengan sebutan Watu Tumpang. Dari tempat inilah, perjalanan lalu dilanjutkan ke arah sebuah hutan yang sekarang disebut Limbasari.

Syech Gandiwasi mempunyai  putra bernama I Ketut Wlingi. Namun sementara orang mengatakan, bahwa I Ketut Wlingi adalah murid padepokan Gandiwasi yang datang dari Bali bersama  Patrawisa. Kemudian Ketut Wlingi dinikahkan dengan  Siti Rumbiah, putri dari gurunya. Sementara Patrwisa adalah cantrik  Syech Gandiwasi  yang meninggal  saat sedang membangun saluran air. Itulah sebabnya saluran air di desa Limbasari  kemudian disebut Patrawisa. Dari pernikahannya dengan Ketut Wlingi, Siti Rumbiah menurunkan putra putri masing-masing bernama  Wlingi Kusuma dan  Dyah Ayu Sri Wasiati  yang sangat cantik sehingga orang menyebutnya Putri Ayu Limbasari.

Setelah menginjak usia dewasa kecantikan Sri Wasiati semakin bertambah. Akibatnya banyak orang yang ingin meminangnya, termasuk beberapa orang Adipati yang datang untuk melamarnya. Para Adipati yang pernah melamarnya itu antara lain Adipati Wirayuda, Adipati Wiratenaya, Adipati  Wirataruna dan Adipati Wirapraja. Namun semuanya belum mendapat jawaban pasti dari orang tua  Sri Wasiati.  Sebab lamaran yang datang bersamaan  itu malah membuat  bingung  pihak keluarga  perempuan. Melihat kegundahan hati  adiknya (Sri Wasiati) Wlingi Kusuma  akan mengadakan sayembara sebagai jalan keluar. Sayembara itu adalah barang siaapa dapat mengalahkan  dirinya (Wlingi Kusuma), maka dialah yang berhak menjadi pendamping Sri Wasiati. Namun dalam  pertandingan satu lawan satu itu, tak seorangpun  dari semua Adipati  yang pernah melamar Sri Wasiati berhasil mengalahkan Wlingi Kusuma yang terkenal kesaktiannya sehingga para Adipati itu bersepakat untuk melawan dengan  cara  kroyokan. 

Pengeroyokan itu  ternyata dilaksanakan dan  setelah dibunuh, mayat Wlingi Kusuma dipotong-potong  menjadi beberapa bagian.  Kemudian bagian kepala dikubur di makam Siregol, Desa Tlahab Kidul, gembungnya dikubur di  Pelumbungan, kemaluannya dikubur di Sikonthol Desa Beji Karanganyar. Sedangkan  kakinya dikubur di wilayah hutan  perbatasan Banjarsari-Karangjambu, yang sekarang dikenal dengan nama Lemah Jejekan.

Kematian Wlingi Kusuma yang tidak semestinya, membuat  Sri Wasiati  semakin bingung.  Dalam batin ia berpendapat, bahwa kecantikan memang bisa membahagiakan, namun juga bisa membuat malapetaka. Oleh karena itu ia berpesan kepada gadis-gadis  Desa Limbasari,  agar kecantikannya jangan meniru dirinya, apalagi melebihi tetapi yang sederhana saja.

Saking gelap pikirannya, Sri  Wasiati  memohon kepada Allah SWT dengan cara tapa pendem. Dalam laku ini ia menguburkan diri dalam tanah yang diberi seutas benang panjang  menjulur ke permukaan tanah.   Pesannya sebelum dimasukan ke liang lahat. Bila benang  ditarik masih bergerak, artinya  ia  masih hidup. Sebaliknya bila tidak bergerak, menunjukan ia  meninggai  dunia. Begitulah setelah kurang lebih satu minggu melakukan tapa pendem,  benang itu lalu ditarik, tetapi tidak bergerak  sama sekali yang berarti ia sudah meninggal dunia. Segera tempat  pertapaan  itu digali, dan betapa terkejut semua keluarganya waktu  melihat  Sri Wasiati sudah tidak bernyawa lagi. Tetapi apa yang dapat diperbuat, meski para Adipati juga ikut menyesal, karena nyawa seorang putri ayu tidak dapat diselamatkan lagi. 

Sri Wasiati mengambil langkah itu bukan tidak beralasan. Sebab bila salah satu Adipati yang melamar diterima, tentu kondisi Desa Limbasari  akan menjadi kacau.  Karena Adipati lain yang  lamarannya ditolak, tentu akan membalas dendam. Hal itulah yang tidak diinginkan oleh Sri Wasiati, sehingga demi masyarakat di desanya, dirinya rela berkorban jiwa. Setelah ditinggal mati oleh putrinya, ayah ibunya lalu  meninggalkan padepokannya dan  bermukim  di  Srandil sampai akhir hayatnya. 

Sri Wasiati setelah meninggal dunia lalu mendapatkan julukan  “Putri Ayu Limbasari’ yang benar-benar  cantik lahir batin. Hingga sekarang makam Putri Ayu Limbasari masih terjaga dengan baik. Lokasinya di seberang  Galeri Batik Muning Sari, dan masih dianggap keramat. Makam itu diperkirakan berada di bekas  Padepokan Limba Sari. Namun  sisa-sisa bekas padepokan  sekarang sudah tidak ada.

Nah itulah Desa Limbasari  Kecamatan Bobotsari, yang terletak 15 kilometer utara pusat kota Purbalingga. Di desa ini terdapat banyak potensi wisata yang belum dikelola seperti  obyek wisata alam Patrawisa , terletak di lembah gunung Tukung dan gunung Pelana, yang kecantikan alamnya mampu memikat  hati seseorang  untuk berkali-kali datang mengunjunginya. Untuk menuju bendungan Patrawisa  dibutuhkan waktu 30 menit berjalan kaki dari  Limbasari, karena jaraknya  hanya 1,7  kilometer. Patrawisa adalah sebuah bendungan yang  berada di muara sungai  Tungtung Gunung dan Sungai Wlingi. Selain itu juga terdapat  air terjun mini, serta  sendang-sendang  jernih yang bisa membuat hati pengunjung  terpesona.

 

  •  

Fasilitas

  • Balai Pertemuan
  • Cafetaria
  • Jungle Tracking
  • Kamar Mandi Umum
  • Kios Souvenir
  • Kuliner
  • Musholla
  • Outbound
  • Selfie Area
  • Spot Foto
  • Tempat makan

Video

Belum ada gallery

Atraksi Wisata

Belum ada atraksi

Kamar Homestay

Belum ada homestay

Paket Wisata

Paket Wisata

1. Edukasi Batik

Rp 25,000
Paket Wisata

2. Edukasi Menanam Padi

Rp 15,000
Paket Wisata

3. Fun Gam Dan Outbound Program

Rp 175,000
Paket Wisata

4. River Tubing

Rp 75,000
Paket Wisata

5. Wisata Alam Patrawisa

Rp 5,000
Paket Wisata

6. Kelana Rimba

Rp 25,000
Paket Wisata

7. River Camp

Rp 50,000

Suvenir

Suvenir

8. Kuliner

Rp 15,000
Terverifikasi

QRCode Desa Wisata


ID Desa Wisata: #72509

Riwayat ADWI

ADWIPeringkat
2021-
2022-
2023-
2024-

Kategori Desa Wisata

Berkembang

Riwayat Klasifikasi

TanggalKlasifikasi
29-03-2022Berkembang

Lokasi Desa Wisata

Alamat: Limbasari Kec Bobotsari, Kab. Purbalingga
Buka di Google Maps

Contact Person Bumdes Maju Makmur Desa Limbasari sektor Pariwisata

  • 082118622015
  • jokorivertubing@gmail.com

Bagikan Desa Wisata

  • Share
  • Tweet

Desa Wisata di Sekitar

Rintisan

Desa Wisata Danau Laut Nie Pineung Suasa (0.00 km)

Kabupaten Aceh Jaya
Berkembang

Desa Wisata 7 Bidari Aceh (0.00 km)

Kabupaten Aceh Utara
Rintisan

Desa Wisata Wisata Cado Kacho (0.00 km)

Kabupaten Aceh Utara
Rintisan

Desa Wisata Kakilangit Mangunan (0.00 km)

Kabupaten Bantul
Rintisan

Desa Wisata Kejawar (0.00 km)

Kabupaten Banyumas
Rintisan

Desa Wisata Bulusari (0.00 km)

Kabupaten Banyuwangi

Hubungi Kami

Gedung Sapta Pesona
Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta Pusat 10110

  • info@jadesta.com

  • 0812-1000-2190

© 2025 KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

  • Help
  • Kebijakan Privasi
  • info@jadesta.com
  • 0812-1000-2190
Jadesta Provinsi