Wisata Budaya Desa Sarwodadi adalah rintisan desa wisata. Di Desa Sarwodadi terdapat beberapa situs-situs peninggalan sejarah yang dapat dijadikan wisata religi. Wisata religi yang utama tersebut adalah Makam Mbah Kramat Jati, salah seorang punggawa Kerajaan Mataram Islam, dibuktikan dengan peninggalan berupa nisan yang terbuat dari kayu cendana dengan bentuk ukiran yang khas. Makam tersebut dikelilingi pohon-pohon yang sangat besar yang menambah kesan teduh dan khidmat. Di Desa Sarwodadi juga terdapat makam kuno lain, yaitu Petilasan Mbah Madujoyo, Makam Mbah Gede Tapak, dan Makam Mbah Dowo/Mbah Sejojati.
Dalam hal destinasi wisata Desa Sarwodadi memang tidak terlalu menarik, namun daya tarik lebih ditonjolkan dalam hal budaya dan keseharian yang ada. Dalam hal seni budaya, terdapat kesenian khas, yaitu Kesenian Brendung. Sebuah pertunjukan boneka mistis khas Desa Sarwodadi.
Di Desa Sarwodadi juga terdapat Wisata Edukasi Pertanian berupa cara mengolah sawah untuk ditanami padi. Wisata edukasi lainnya yaitu Wisata Edukasi Ternak Itik dan pembuatan telur asin. Hal ini karena masyarakat Desa Sarwodadi yang mayoritas adalah petani dan peternak itik.
Sebagai hidangan selamat datang, Desa Sarwodadi menyuguhkan makanan khas yaitu Kolak telur, yang hanya ada di Desa Sarwodadi
Dalam hal destinasi wisata Desa Sarwodadi memang tidak terlalu menarik, namun daya tarik lebih ditonjolkan dalam hal budaya dan keseharian yang ada. Dalam hal seni budaya, terdapat kesenian khas, yaitu Kesenian Brendung. Sebuah pertunjukan boneka mistis khas Desa Sarwodadi.
Ya, kesenian Brendung merupakan kesenian tradisional turun-temurun dari nenek moyang Dukuh Kaso Desa Sarwodadi Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang. Dahulu kala, kesenian Brendung ini dimunculkan ke tengah-tengah masyarakat sebagai perwujudan ungkapan rasa syukur pada yang punya hidup, yakni atas keberkahan, limpahan rezeki dan keselamatan dalam menjalani hidup. Pada masalalu, kesenian Brendung dipertunjukan selepas panen padi, selain itu juga dipertunjukan manakala warganya menghadapi masa-masa paceklik, seperti adanya musim kemarau berkepanjangan, Brendung akan dipertunjukan memohon turunnya hujan.
Kesenian Brendung yang terbuat dari batok kelapa cumplung yaitu kelapa yang sudah dimakan oleh tupai yang jatuh pada hari Jumat Kliwon, kerangka tubuh dari bambu yang diberi kapas randu yang dibungkus kain mori, berbalutkan baju dan berjilbab, setelah dirias sedemikian rupa menyerupai manusia boneka. Dengan perkembangan zaman, pakaian Brendung pun terkadang mengikuti mode. Untuk merawat boneka Brendung agar tetap bisa dipertunjukan dengan lancar setiap malam Jumat Kliwon boneka Brendung diberikan sesaji oleh sang pemilik.
Sebelum pementasan boneka Brendung terlebih dahulu harus diletakkan di area Makam Mbah Kramat Jati yaitu tempat yang dianggap keramat dan wingit di Desa Sarwodadi untuk penjamasan. Adapun tujuan, nantinya ruh widodari (bidadari, dalam hal ini Dewi Sri/Dewi Kemakmuran) yang memasukinya akan menunjukan eksistensinya dalam boneka Brendung yang telah dirias menyerupai manusia. Persiapan penjamasan sebelum pementasan memerlukan waktu tiga hari, mulai Rabu Pon, Kamis Wage, hingga hari terakhir pada Jumat Kliwon. Kalau tidak dijamas, pertunjukannya tidak bisa berjalan lancar.
Pertunjukan kesenian Brendung memiliki serangkaian acara ritual, mantra dan sesaji dari sebelum pertunjukan Brendung dimulai sampai pertunjukan Brendung selesai. Mantra dibacakan oleh seorang pawang dan boneka Brendung dipegangi oleh dua orang. Mengiringi pertunjukan Brendung, berbagai kelengkapan seperti kembang telon, lantunan lagu-lagu Jawa, tabuhan bumbung pring (bambu), buyung, dan penampi, akan membuat Brendung “menari” kegirangan. Hal ini ditunjukkan dengan keinginannya untuk terus menari-nari. Boneka Brendung akan menari dengan sendirinya mengikuti alunan iringan yang disajikan para penabuh. Namun jika ada menghina riasan atau tariannya,biasanya Brendung pun akan berhenti menari atau memukul-mukul sang pemegang, bahkan mengejar orangyang menghinanya.
Di masa sekarang, seiring menguatnya pengetahuan agama Islam masyarakat Desa Sarwodadi, pagelaran kesenian Brendung ditampilkan sebagai seni warisan budaya non benda. Yaitu, saat Desa Sarwodadi mempunyai hajat besar, contohnya menyambut kedatangan tamu besar atau pejabat yang berkunjung, maupun menghadiri pentas seni hari besar di Kecamatan Comal maupun Pemerintah Kabupaten Pemalang, namun tetap tidak meninggalkan unsur mistiknya.
Wisata religi dapat dikunjungi setiap hari, namun lebih baik lagi jika mengunjungi Makam Mbah Kramat jati pada Kamis terakhir bulan Rabiul Awwal, karena terdapat tradisi Khoul yang diisi acara doa bersama dan pengajian, yang dihadiri oleh ribuan pengunjung. Pada acara tersebut juga terdapat makanan khas yaitu nasi megono gandhul/pepaya sebanyak 1111 pincuk.
Untuk pertunjukan kesenian Brendung diutamakan pada malam hari. Diusahakan untuk menghubungi pengelola untuk menghadirkan Kesenian Brendung paling lambat 3 hari sebelum pementasan karena boneka Brendung perlu dijamas sebelum pementasan.
Belum ada homestay