Desa Wisata Paranggupito Terletak di tengah - tengah hamparan luas Geopark Gunung Sewu yang di akui dan ditetapkan UNESCO sebagai UNESCO Global Geopark Dari tahun 2015 sampai sekarang, desa paranggupito berjarak kurang lebih 60 km dari wonogiri kota dan 85 km dari kota surakarta dan batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan kabupaten pacitan provinsi jawa timur dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten gunung kidul DIY dan sebelah selatan berbatasan langsung dengan luasnya samudera hindia ini menjadi garis emas jalur pariwisata lintas provinsi dan menyimpan banyak keunikan dari Alam, seni, budaya, edukasi dan kearifan lokal yang wajib dikunjungi. Selain itu desa wisata paranggupito memiliki empat pantai pasir putih yakni pantai sembukan, pantai klotok, pantai njojogan dan pantai dhadapan.
Desa yang dikenal sebagai Desa Seribu Kuda kepang ini menjadi ciri khas atau keunikan desa ini. Disebut demikian karena halnya di desa ini memiliki suatu keseragaman yang sangat khas yaitu adanya kerajinan kuda kepang yang dipasang di setiap dinding teras rumah warga. Keselarasan seluruh warga yang bersinergi untuk melestarikan budaya serta mendukung keunikan sebagai Desa Wisata ini yang melahirkan sebuah nama Desa Paranggupito Desa Seribu Kuda Kepang. Bukan tanpa makna, Kuda Kepang yang diberi nama Gagak Rimang ini memiliki makna yang menunjukkan diri pribadi dan cita-cita Desa Paranggupito. Kuda Gagak Rimang yang dikenal sebagai pemberontak namun diyakini mempunyai arti keras, kuat, berambisi dan bisa mengalahkan siapa saja serta kata seribu yang mewakili seluruh lapisan masyarakat. Sehingga Kuda Kepang Gagak Rimang berarti layaknya Gagak Rimang, ambisi masyarakat Desa Paranggupito yang perlu dikendalikan, didampingi, dan dikembangkan untuk menuju terwujudnya desa wisata baik dari potensi-potensi yang ada seperti Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Desa Paranggupito Desa Seribu Kuda ini juga dapat dicerminkan dalam gelaran festival yang rutin dilaksanakan di desa ini. Salah satu keunikan dari Desa Paranggupito lainnya yaitu diselenggarakannya 3 festival yang rutin dilaksanakan dalam setiap tahunnya. Dalam salah satu festivalnya yaitu festival gelaran, tarian Seribu Kuda Kepang akan ditampilkan oleh perempuan di seluruh Desa Paranggupito.
Memiliki daya tarik yang bukan hanya untuk dinikmati (enjoy) saja tetapi juga bisa memberikan nilai dan manfaat yang lebih (added value, respect, serenity) bagi pengunjung
Desa Paranggupito sering mengadakan latihan karawitan secara rutin 2x dalam seminggu. Proses latihan karawitan sendiri dilakukan di sanggar yang terletak di dusun Setro. Kesenian ini merupakan seni gamelan dan suara dengan tangga nada slendro dan pelog.
Rangkaian cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat yang diwujudkan dalam sajian tarian dari cerita prabu pronosewadono, dewi sekar kaji, dan prabu jenggolo. Memiliki ciri khas tersendiri, reog di Paranggupito dibawakan dengan peralatan topeng pronosewadono, topeng pentol tembem, topeng barongan kepala harimau, kuda kepang, pedang, dan cambuk.
Laras Madya merupakan salah satu kesenian rakyat yang hampir mulai punah. Desa Paranggupito menjadi salah satu desa yang masih melestarikannya. Secara definisi, Laras Madya dapat dipahami sebagai kesenian rakyat yang titi nadanya itu termasuk tangga nada rantai. Bukan seperti macapat dan gending-gending karawitan biasa. Namun laras madya ini merupakan laras tengahan. Laras Madya di Paranggupito juga memiliki ciri khas tersendiri, diantaranya; 1) peralatan : alat tanpa nada, jidor, kempul, kentrung, kecrek dan saron 2 bilah. 2) macapat : laras madya dan pelog. 3) terdapat lagu gagrak lawas dan anyar. 4) tembang-tembang yang diambil mengandung petunjuk, petuah, tuntunan kehidupan dan visi misi pariwisata di Paranggupito.
FESTIVAL
Tumangkar merupakan festival yang diadakan tiap hari Sabtu Wage di bulan Mei. Kata Tumangkar sendiri memiliki arti berkembang atau menyebarluaskan. Sehingga festival tumangkar dapat dimaknai sebagai sebuah festival yang menyebarluaskan potensi budaya yang ada di Desa Paranggupito. Fokus kegiatan festival ini adalah kegiatan budaya yang mana kegiatan jual beli bukan menjadi prioritas utama. Kegiatan kesenian ini pada festival tumangkar dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat Desa Paranggupito. Aktivitas kesenian utama yang diselenggarakan dapat berupa tari-tarian seperti jathilan dan reog. Namun, tidak terbatas pada kesenian tari-tarian festival ini juga menampilkan kesenian musik tradisional seperti gejug lesung dan angklung. Kesenian tersebut dilakukan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Setelah berbagai rangkaian kesenian dilakukan acara festival tumangkar ditutup dengan pementasan wayang.
Istilah gelaran berasal dari kata gelaran yang memiliki arti membuka atau menggelar. Yang berarti, dengan adanya festival ini membuka kesempatan bagi warga setempat untuk menunjukkan/memamerkan potensi yang dimiliki oleh desa Paranggupito. Gelaran festival ini sendiri diadakan sebagai gelar luhuring kamardikan yang diadakan di setiap bulan Agustus. Pertunjukkan yang disuguhkan dalam festival ini diantaranya gelar potensi seni dengan disertai oleh gelar potensi UMKM.
Berbeda dengan dua festival lainnya yang mempertunjukkan potensi seni dan UMKM, Larung ageng merupakan sebuah agenda rutin tiap tahun dari Desa Paranggupito yang merupakan sebuah kegiatan keagamaan berupa upacara spiritual. Agenda rutin yang dilaksanakan setiap satu suro ini memiliki kegiatan inti yang dilaksanakan mulai dari sore hari namun pada pagi hari dan malam hari, berbagai kegiatan kesenian ditampilkan untuk menghibur pengunjung. Adapun dalam agenda ini, para pemangku adat dan peserta upacara menggunakan pakaian kejawen yang meliputi jangkep, lurik maupun baju hitam. Upacara Larung Ageng dipimpin oleh ketua dewan adat dan pemangku adat yang dapat dipegang oleh ketua rt ataupun tokoh masyarakat yang dituakan. Kegiatan Larung Ageng dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan yang memiliki makna baik penuh pengharapan masing-masing. Adapun serangkaian kegiatan Larung Agung diantaranya:
Kirab merupakan rangkaian kegiatan pawai atau dimana para peserta berjalan menuju arah pantai dimana upacara akan dilaksanakan.
2. Serah Terima
Kegiatan serah terima ubarampe sesaji dari tokoh warga masyarakat (bisa dari desa/kecamatan) ke pemangku adat.
3. Upacara Larung Ageng
Setelah serah terima ubarampe, kegiatan inti Larung Ageng yaitu penyelenggaraan upacara dilakukan. Upacara dilaksanakan dengan dipimpin oleh ketua dewan adat dan dilakukan oleh juru kunci atas perintah ketua dewan adat. Pelaksanaan upacara meliputi prosesi penghanyutan ubarampe ke laut. Ubarampe sendiri merupakan perlengkapan sesaji yang berisikan kepala, kaki, ekor, dan isi perut sapi. Secara umum ritual ini bermakna ungkapan rasa syukur warga Desa Paranggupito atas kelimpahan alam yang diberikan terutamanya alam laut sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh warga untuk bergantung hidup. Ubarampe yang dihanyutkan merupakan bentuk simbolis adanya interaksi spiritual antara manusia dengan alam. Sebuah bentuk hubungan timbal balik dimana ubarampe yang dihanyutkan nantinya juga akan kembali ke warga setempat dalam wujud kelimpahan hasil laut, menguap menjadi udara sejuk yang selalu kita hirup serta menghujani dan menghidupi berbagai tanaman untuk warga setempat bertahan hidup. Keselarasan manusia dan alam membentuk sebuah hubungan harmoni sehingga manusia juga diharapkan memanfaatkan kelimpahan alam yang diberikan dengan sebaik-baiknya tanpa merusak ekosistem alam sehingga kehidupan bersama tercipta guyub rukun dan perselisihan atau kemurkaan juga tidak terjadi. Adapun ubarampe yang dihanyutkan memiliki bentuk seperti gunungan yang setiap bagiannya memiliki sebuah makna atau filosof. Puncak gunung mengartikan pemerintah sedangkan kaki gunung mengartikan rakyat. Yang mengandung makna puncak gunung tidak akan berdiri tegak tanpa adanya topangan dari kaki gunung. Sehingga artinya, pemerintah atau puncak gunung tersebut harus menjaga hubungan atau memperhatikan kebutuhan rakyat. Hingga demikian kehidupan yang tenang, damai selamat dapat tercapai.
Desa wisata paranggupito bisa dikunjungi setiap saat untuk wisata alamnya, bisa juga booking untuk paket wisatanya seperti live in, edukasi gula jawa camping dan paket yang lainya, melainkan untuk melihat dan ikut menjadi bagian acara seni budaya (festival) ada waktu khusus seperti festifal labuhan ageng di awal bulan Suro atau mapag 1 suro, festival tumangkar di bulan mei tepatnya di hari sabtu wage dan festival gelaran di bula agustus. namun untuk belajar seni budaya kami dari tari hingga karawitan bisa setiap saat di paket live in atau one day.