Desa Wisata Samirono adalah Desa Sentra Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Dengan potensi keindahan alam pedesaan dan pegunungan (lereng Merbabu), keberagaman sosial budaya, keberagaman agama (terdapat tiga agama: Islam, Kristen, dan Budha yang dianut warga masyarakat), kearifan lokal, adat istiadat, kuliner yang khas, UMKM, kreasi kerajinan tangan dari barang bekas, penerapan teknologi tepat guna biodigester yang menghasilkan energi baru terbarukan (biogas) serta keunikan desa menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan berkegiatan dengan paket Live In (menginap) merasakan kehidupan pedesaan penuh kesederhanaan.
Sejarah Desa Samirono
Berdasarkan cerita turun temurun dari nenek moyang, dikisahkan bahwa pada masa penjajahan Belanda, datanglah sepasang suami istri yang bernama Ki Rono dan Nyi Sami di wilayah sebelah utara Gunung Merbabu. Di masa tersebut, wilayah itu masih berupa hutan dan semak belukar tak berpenghuni. Kemudian pasangan tersebut mendirikan gubug dan tinggal di wilayah itu hingga mempunyai keturunan dan menjadi beberapa keluarga. Dikarenakan suatu wilayah yang dihuni sekelompok orang atau keluarga perlu suatu nama wilayah. Berdasarkan hasil rembug warga yang bermukim, sepakat menamai wilayah tersebut dengan nama ?Samirono? yang diambil dari gabungan nama pasangan suami istri Ki Rono dan Nyi Sami. Penggabungan nama tersebut dengan mendahulukan nama ?Sami? kemudian diikuti nama ?Rono?. Hal ini dikarenakan, Nyi Sami yang merupakan istri dari Ki Rono meninggal terlebih dahulu dan dimakamkan di wilayah setempat dan tidak lama kemudian Ki Rono juga meningggal dunia dan dimakamkan bersebelahan dengan makam Nyi Sami. Hingga saat ini, nama wilayah itu dikenal dengan nama Samirono. Dalam bahasa Jawa, Samirono berarti angin.
Prasasti Batu Tulis Samirono
Desa Samirono memiliki catatan historis yang panjang. Kehidupan masyarakat Dusun Pongangan Desa Samirono diperkirakan telah ada sebelum 570an tahun silam, hal ini didasarkan pada hasil kajian Prasasti Watu Tulis (Batu Tulis) yang pernah ditemukan di Dusun Pongangan Desa Samirono. Prasasti beraksara Jawa Kuno tersebut berangka tahun 1370 Saka (1440 M). Saat ini prasasti tersebut disimpan di Museum Fatahillah Jakarta.
Kondisi Lingkungan Desa
Berdasarkan topografinya Desa Samirono terletak di sebelah utara lereng/puncak gunung Merbabu dengan jarak 7,5 - 10 km dari puncak Merbabu. Desa yang ketinggian 1004 mdpl ini menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan. Saat cuaca cerah terutama pagi hari, kita dapat menikmati keindahan view Merbabu. Karena berada di kaki gunung, Desa Wisata Samirono memiliki udara yang segar, suhu yang sejuk atau dingin. Saat malam hari suhu dapat berkisar 16-18 derajat dan 26-28 derajat pada siang harinya. Oleh sebab itu, pengunjung disarankan dapat mempersiapkan pakaian lengan panjang atau tebal dan jaket.
Event Tahunan ?Merti Desa/Dusun (Saparan)?
Bagi Masyarakat Desa Samirono, Bulan Shofar merupakan bulan yang sangat dinanti-nantikan. Pada bulan ini diselenggarakan peringatan Merti Desa/Dusun (Saparan). Merti Desa menjadi salah satu tradisi yang senantiasa dilestarikan tiap tahun dan masih terjaga hingga saat ini. Untuk menyambut peringatan merti desa ini, biasanya warga secara bersama-sama melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar, bersih makam, maupun sumber mata air. Sebagai wujud ungkapan syukur, kegiatan akan dimulai dengan kenduri/selametan (doa bersama). Para warga yang mengikuti kenduri datang dengan membawa ambengan (wadah berukuran besar yang berisikan makanan). Setelah doa bersama selesai, kemudian ambengan dimakan bersama-sama.
Pada hari H pelaksanaan Merti Dusun, Warga Desa akan mengundang saudara, kerabat, teman dan lain sebagainya untuk berkunjung atau bersilaturahmi ke rumah. Setiap tamu yang datang berkunjung biasanya diwajibkan untuk menikmati hidangan dan makananan yang telah disediakan oleh tuan rumah. Momen "Saparan" menjadi ruang untuk saling menyambung silaturahmi antar sesama. Selain itu untuk memeriahkan event tahunan ini, setiap dusun biasanya akan menyelenggarakan pentas seni budaya seperti tarian tradisional soreng, tari prajuritan, tari topeng ayu, reog, dan lain sebagainya dari siang sampai malam hari.
# Kearifan Lokal Desa # Pertanian Lereng Merbabu # Peternakan Sapi Perah # Energi Biogas # Seni & Budaya # Keindahan Alam # UMKM Lokal # Paket Live In